Pamekasan, Hapra Indonesia.co - Ketua Gerakan Rakyat Pamekasan (Gerpas) Abdus Samad meminta Bupati Pamekasan Achmad Syafii tidak mengabaikan penderitaan rakyatnya, yang kini sedang sakit karena dilanda gizi buruk.
“Bupati seharusnya tanggap atas penderitaan warganya. Kenapa sampai orang luar Pamekasan yang datang ke Pamekasan memberikan bantuan duluan, bukan Bupati Pamekasan. Ini kan sangat disayangkan,” kata Samad.
Sebagai pimpinan di Pamekasan, kata dia, seharusnya bupati datang lebih dahulu untuk sekedar melihat penderitaan rakyatnya, tidak terkesan tutup mata seperti sekarang ini.
“Katanya dulu sebelum menjadi bupati kampanyenya selalu mengangkat kesejahteraan rakyat. Tapi mana buktinya, rakyatnya sakit tidak dikunjungi,” katanya menambahkan.
Derita Lestari Kurniawati, bocah perempuan 10 tahun, penderita gizi buruk di Desa Billaan, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura kian memprihatinkan.
Anak keluarga miskin dari pasangan suami istri Nurul Huda (30) dan Rosana (28) ini kini hanya bisa pasrah atas nasib yang dideritanya. Apalagi, bocah yang seharusnya mendapatkan perhatian kedua orangtuanya ini tidak bersama kedua orangtuanya.
Sejak lahir, Nurul Huda dan Rosana merantau ke Malang untuk mencari nafkah hidup anaknya. Bocah malang itu hanya tinggal dengan kakeknya Arif dan neneknya Satini di Dusun Laok, Desa Bilaan, Kecamatan Proppo.
Menurut neneknya Satini, Lestari sendiri lahir sebenarnya lahir di Malang, di tempat kedua orangtuanya merantau.
Hidup yang serba kurang berkecukupan membuat kedua orangtuanya Rosana dan Nurul Huda menitipkan Lestari Kurnia ke neneknya Satini sejak berumur 1 tahun.
“Kami tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya pasrah atas nasib yang diderita Kurnia,” tutur Saniti dengan linangan air mata.
Lestari nampak kurus kering. Berat badannya hanya 4 kilogram. Selama ini ia terbaring di tempat tidur, tidak bisa berjalan kemana-mana.
Menurut Satini, lima tahun lalu, cucunya memang pernah diperiksa oleh petugas puskesmas dengan cara datang secara langsung ke rumahnya. Namun setelah itu tidak pernah diperiksa lagi, karena tidak memiliki biaya.
Setiap hari bocah perempuan itu hanya bisa menangis. Keluarga Satini sendiri tidak bisa memberikan makanan bergizi cukup, selain nasi dan ikan.
Tetangga Satini dan para kerabat dekatnya telah berupaya membantu mencarikan solusi alternatif dengan menggunakan pengobatan gratis menggunakan program Jamkesmas.
Akan tetapi, petugas medis di Puskesmas Kecamatan Propo, justru tidak mengindahkan, dan mengklaim penyakit yang diderita bocah itu sudah tidak bisa disembuhkan.
Sejak saat itu, Saniti dan Arief hanya bisa pasrah dan berharap ada dermawan yang mau menyumbang untuk pengobatan cucunya itu.
Harapan kakek dan nenek Lestari Kurniawati memang berbuah manis. Padan Sabtu (15/6/2013) PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) datang ke rumah Lestari di Dusun Laok, Desa Billaan, Kecamatan Proppo, Pamekasan dan menyerahkan bantuan berupa tabungan sebesar Rp20 juta.
Asisten Senior Manajer (ASM) Bina Lingkungan di perusahaan itu, Sugeng Hariyanto mengatakan, bantuan kepada korban penderita gizi buruk itu diberikan setelah membaca pemberitaan di sejumlah media tentang nasib Lestari yang hingga kini belum terobati karena kondisi keluarganya sangat miskin.
“Inilah sebenarnya yang mendorong perusahaan kami untuk datang dan melihat secara langsung kondisi penderita gizi buruk Lestari Kurniawati,” kata Sugeng saat memberikan bantuan di rumah keluarga miskin di Dusun Laok, Desa Bilaan, Kecamatan Proppo, Pamekasan.
Sugeng menyatakan, bantuan sebesar Rp20 juta memang tidak bisa diharapkan bisa menyembuhkan derita Kurnia Lestari menjadi pulih seperti layaknya anak-anak yang normal, karena kondisinya memang sangat parah.
Namaun, kata dia, bantuan itu hanya untuk membantu biaya hidup sehari-hari Lestari, mengingat selama ini, memang kekurangan asupan gizi.
Kakek Kurnia Lestari menuturkan, selama ini memang ada yang membantu Lestari, kecuali Pelindo. Bupati Pamekasan sendiri tidak pernah melihat anak Lestari secara langsung, kendatipun sering diberitakan diberbagai media. (Does/WS)