Foto: Ist |
“Shalat wajib 5 waktu ibarat senjata bagi diri kita. Dari subuh hingga bekerja, siang bertemu Dzhuhur, Ashar dipertemukan lagi dengan shalat, hingga waktu Maghrib dan Isya. Semestinya hal tersebut membuat kita bahkan tidak sempat untuk melakukan perbuatan tercela. Karena setiap saat dan tarikan napas, kita senantiasa menjaga wudhu dan tidak pernah jauh-jauh dari Allah. Maka hendaknya kita semua senantiasa ‘mengasah’ senjata yakni dengan kata lain menjaga shalat wajib lima waktu kita,” kata wakil bupati yang hadir didampingi Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Herry Soewito.
Isra Mi’raj sendiri merupakan dua bagian dari perjalanan suci Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Makkah hingga Masjidil Aqsa di Palestina. Lalu dalam Mi’raj yakni Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit, sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Disini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.
Siraman rohani oleh K.H. Mughni Wahab juga diberikan dalam Peringatan Isra Miraj 1439 H tahun 2018 kali ini. Dalam ceramahnya, K.H. Mughni Wahab menyampaikan 3 hal penting yang harus ada dalam diri tiap manusia yakni iman, ilmu dan amal. Ketiganya wajib berjalan dengan seimbang dan serasi.
“Dalam Islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama Islam. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun Islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya. Meskipun hal yang paling menentukan adalah iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang sempurna,” tutur K.H. Mughni Wahab.
Iman dan Ilmu memang merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan .
(Taurus/Adv)