(Foto: Istimewa) |
“Akhir 2018 hingga awal 2019, terjadi banjir bandang di beberapa wilayah Kecamatan Kutorejo (Desa Kertosari dan Gedangan) dan Kecamatan Pacet (Desa Wiyu). Bantuan ini kami harap dapat membantu warga , sebagai kebutuhan belanja material bangunan untuk rumah yang rusak,” kata wabup.
Lanjut wakil bupati, Pemkab Mojokerto berusaha untuk selalu tanggap bencana termasuk segera mendistribusikan bantuan kepada masyarakat. Namun dirinya juga berpesan, agar selalu menjaga lingkungan terlebih tidak membuang sampah sembarangan dan lebih mengaktifkan bank sampah.
“Sungai bukan tempat sampah. Harus dijaga kebersihannya. Karena kalau sudah meluap dan banjir, dampak langsungnya ke kita. Bank sampah harus terus aktif. Semua produksi sampah harus dipilih dan dipilah,” tegas wabup.
Salah satu penyebab banjir diketahui karena kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Untuk diketahui, Pemerintah Kabupaten Mojokerto telah menargetkan penanganan sampah sebesar 70% dan pengurangan sampah 30% pada tahun 2025 yang tertuang dalam Peraturan Bupati Mojokerto Nomor 78 Tahun 2018.
Upaya pembinaan pengelolaan sampah kepada masyarakat terus dilakukan bekerjasama dengan LSM dan swasta melalui program TPS 3R, Bank Sampah, Adiwiyata dan Adipura. Pembangunan sarana prasarana pengelolaan sampah seperti TPA, TPS, kontainer, alat berat, alat angkut juga dilakukan.
Di hari yang sama usai menyerahkan bantuan sosial, wakil bupati Pungkasiadi juga menghadiri apel gelar pasukan menghadapi Pemilu serentak 2019 dengan tema “Tingkatkan Sinergitas TNI-Polri dengan Komponen Bangsa Lainnya Guna Mewujudkan Kamtibmas yang Kondusif” di halaman Mapolres Mojokerto.
Apel disaksikan juga Kapolres Mojokerto AKBP Setyo Koes Heriyatno, Ketua DPRD Ismail Pribadi, serta perwakilan Forkopimda. Dilanjutkan gelar simulasi pengamanan pemilu, dengan skenario kerusuhan protes hasil penghitungan suara berujung aksi anarkis massa.
(T@urus)