JAKARTA, Hapraindonesia.co - Hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei menghasilkan angka berbeda. Ada yang memenangkan kubu Jokowi-JK ada pula Prabowo-Hatta. Ada dugaan lembaga survei dimanfaatkan oleh calon presiden dan calon wakil presiden untuk merekayasa hasil survei.
Desakan pun muncul agar lembaga survei diaudit atas lembaga dan metodologi proses hitung cepat. Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago mengaku ragu dengan hasil quick count yang memenangkan Jokowi, seperti LSI, CSIS-Cyrus Newtwork, SMRC, Litbang Kompas, Indikator Politik bahkan RRI. Masing-masing selisih menurut quick count tersebut, Prabowo-Hatta memperoleh kisaran 48% dan Jokowi-JK meraih 52 %.
Pangi mengatakan, dengan tingkat kesalahan atau margin error 1%, tidak mungkin jika masing-masing lembaga berbeda dan terpaut jauh dalam menghitung hasil quick count tersebut. Justru, Pangi lebih mempercayai salah satu lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK lainnya, yakni Populi Center yang hasil quick qount-nya menunjukkan perbedaan tipis. Pasangan nomor urut 1 Prabowo-Hatta meraih 49,06% dan Jokowi-JK 50,94%.
“Selisihnya inikan tidak terlalu jauh, tipis satu persen. Nah, yang jadi pertanyaan kenapa hasilnya bisa jauh antara Populi Center dan lembaga survei lain yang memenangkan Jokowi-JK ?” tanya Pangi saat dihubungi Wartawan, Jum’at (11/7).
Sebenarnya, kata Pangi, tidak sulit membedakan mana hasil survei valid dengan abal-abal. Audit metodologi bagaimana dengan tingkat sebaran populasi dan sampel lembaga, apakah menyebar atau tidak. Kemudian soal pemasukan data yang transparan dibuka ke publik dan identifikasi ke lapangan benar atau tidak mereka melakukan termasuk cek spot surveyor.
“Kita tidak menyalahkan lembaga survei yang memenangkan Jokowi, karena mereka punya data sendiri. Nah, nanti tinggal diadu, mana yang datanya benar-benar kredibel,” jelasnya.
Sementara pendiri Populi Center, Nico Harjanto, berani bert
aruh atas hasil quick count lembaganya pada pemilu presiden 9 Juli kemarin. Karena, hitung cepat yang dulakukannya berdasarkan standar data di lapangan.
Kata Nico, apabila pada perhitungan suara KPU nanti ternyata jauh dari angka hasil quick count lembaganya, maka perlu dipertanyakan hasil itu. “Tentunya akan kami pertanyakan, karena kita tidak sendiri, banyak juga lembaga yang kredibel,” kata Nico kepada wartawan Jum’at (11/7).
Nico menjelaskan, ada 12 lembaga survei yang melakukan quick count pilpres kemarin. Semua lembaga survei itu memiliki metode pengumpulan data yang kurang lebih sama. Variabel yang banyak beragam adalah jumlah data yang masuk. Ada juga perbedaan jumlah sampel dan margin of error. Dari hasil hitung cepat yang dilakukan Populi Center Prabowo Subianto-Hatta Rajasa 49,06%, Joko Widodo-Jusuf Kalla 50,94%. (Tik/Gn/PR)